Patofisiologi
transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi dan gangguan pada semua sistem organ sehingga tubuh melakukan kompensasi; jika kompensasi tubuh berlanjut tanpa penanganan maka dapat menyebabkan kematian.
Respon terhadap penyakit trauma :
- aktivasi sistem saraf simpatik : menyebabkan peningkatan tekanan arteri & vena, bronkodilatasi, takikardia, takipnea, capillary shunting dan diaforesis
- peningkatan heart rate : cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan heart rate; jika stroke volume menurun maka heart rate akan meningkat
- peningkatan frekuensi pernapasan : akan membawa darah ke dada dan preload ventrikel kanan untuk menjaga cardiac output karena tekanan intratorakal negatif saat inspirasi
- penurunan urin output : menyebabkan ekskresi hormon antidiuretik dan aldosteron untuk menjaga cairan vaskuler
- pengurangan tekanan nadi : menunjukkan penurunan cardiac output (sistolik) dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik); tekanan nadi normal 35-40 mmHg
- capillary shunting dan pengisian trans kapiler : dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan mulut kering; capillary refill mungkin melambat
- perubahan status mental dan kesadaran : karena penurunan perfusi ke otak atau karena trauma kepala sendiri
- erosi : [penyebab] karena trauma misalnya bekas garukan yang dangkal; trauma menyebabkan pemisahan lapisan epidermis dengan laserasi ruptur vesikel atau bula dan nekrosis epidermal.
- primary survey : hati-hati melakukan koreksi fungsi jalan nafas secara manual (head tilt, chin lift, jaw thrust) pada korban trauma.
- secondary survey : mencari keluhan dan tanda rudapaksa
- triage : tingkat keparahan trauma menjadi salah satu pertimbangan dalam triage