Home Klinik Kedokteran

Tuberkulosis Paru

Edisi 1.2
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.


Pengertian

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis pada paru karena infeksi mycobacterium tuberculosis complex dengan gejala utama batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdahak, batuk darah, demam, keringat malam, nyeri dada, sesak napas, nafsu makan hilang, berat badan turun dan badan letih.
Sinonim : infeksi TB paru, KP, koch pulmonum, pasien TB paru, penderita TB paru, penyakit TB paru, respiratory tuberculosis, TB paru, TBC paru | Kompetensi : 04 | Laporan Penyakit : 0201 | ICD X : A.15

Gambar Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis Paru (balebandung.com)



Penjelasan

Tuberkulosis paru dengan gejala, pemeriksaan fisik toraks, pemeriksaan laboratorium (tes sputum BTA & tes mantoux) dan pemeriksaan penunjang (foto toraks) untuk menegakkan diagnosis TB paru.
Tuberkulosis paru dengan batuk lebih dari 3 minggu secara terus-menerus (disebut batuk sub akut).
Tuberkulosis paru dengan nyeri dada & sesak napas dan ada kelainan suara napas pada pemeriksaan fisik toraks. Tuberkulosis paru dengan sesak napas menandakan adanya kerusakan paru yang cukup luas.

Epidemiologi

  • mengancam setiap orang
  • penyakit terbesar kedua di dunia setelah HIV
  • sekitar 10 juta penderita di dunia dengan 5,6 juta kasus laki-laki dan 3,3 juta perempuan (2020).
  • sekitar 43% kasus baru di Asia Tenggara (terbanyak), 25% di Afrika dan 18% di Pasifik Barat (2020).
  • sebanyak 86% kasus baru di 30 negara dengan beban TB paru tinggi dan 8 diantaranya menyumbangkan 2/3 kasus TB baru seperti India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Afrika Selatan.
  • kasus TB paru di negara industrial lebih umum terjadi pada individu yang datang dari area endemik TB paru, tenaga kesehatan dan individu dengan HIV.
  • penyakit yang sering terjadi terutama di negara berkembang
  • Indonesia : penyebab kematian ke-2 di Indonesia setelah penyakit jantung; jumlah kasus TB paru di Indonesia 305.000 (2012), 568.987 (2019) dan 351.936 (2020); kasus baru TB paru di Indonesia 228/100.000 populasi (2007) dan 316/100.000 penduduk (2018).
  • jumlah TB paru di Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah mencapai 46% kasus di Indonesia (2020) sedangkan 53.686 penderita di Sulawesi Selatan dan 12.046 di Makassar (2014).
  • jumlah kasus laki-laki lebih tinggi daripada perempuan bahkan hampir mencapai dua kali lipat di Aceh, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara.
  • Kasus TB paru usia 45-54 tahun (17,3%), 25-34 tahun (16,8%) dan 15-24 tahun (16,7%).
  • kasus multidrug resistant tuberculosis 22%

Mortalitas


  • penyebab peningkatan mortalitas TB paru karena kesulitan akses terhadap fasilitas diagnosis dan terapi TB.
  • kasus meninggal 1,5-2 juta orang/tahun
  • estimasi global 1,2 juta kematian karena TB paru pada kelompok individu HIV negatif & 209.000 pada HIV positif (2019); 1,3 juta pada HIV negatif & 214.000 pada HIV positif (2020); peningkatan diduga berkaitan COVID-19.
  • kasus meninggal di Indonesia 39/100.000 populasi/tahun (2007), 64.000 orang/tahun atau 175 orang/hari (2015)

Penyebab

Faktor Etiologi


  • mikobakterium tipikal :
    o mycobacterium tuberculosis (terbanyak)
  • mikobakterium atipikal :
    o mikobakterium bovis
    o mikobakterium afrikanum
    o mikobakterium marinum
    o mikobakterium kansasii
    o mikobakterium skrofulaseum
    o mikobakterium ovium intraselular
    o mikobakterium ulseran
    o mikobakterium fortuitum
    o mikobakterium absesus

Faktor Risiko


  • semua usia : anak-anak, manula & paling sering usia 15-35 tahun.
  • keadaan sosial ekonomi (seperti kemiskinan dan malnutrisi) kurang terutama di negara berkembang.
  • riwayat komorbid penyakit penyebab defisiensi imun :
    o infeksi HIV / AIDS
    o diabetes melitus
    o kanker : keganasan hematologi
    o penyakit ginjal stadium lanjut (gagal ginjal)
    o sedang menjalani kemoterapi
    o transplantasi organ
  • terapi obat imunosupresif jangka panjang :
    o lupus
    o psoriasis
    o rheumatoid arthritis
    o penyakit crohn
  • gangguan sistem imun tubuh
  • kondisi tubuh lemah karena malnutrisi :
    o gizi kurang
    o gizi buruk
  • kebiasaan merokok, kecanduan alkohol dan pengguna NAPZA (narkoba).
  • lingkungan :
    o ventilasi rumah
    o kepadatan penduduk
    o polusi udara
    o tinggal di pemukiman kumuh dan padat
    o riwayat kontak erat dengan penderita TB paru
    o berada pada daerah endemik TB paru

Jenis

Berdasarkan Usia Penderita


Berdasarkan Patogenesis


Berdasarkan BTA


  • tuberkulosis paru BTA (+)
  • tuberkulosis paru BTA (-)

Berdasarkan Diagnostik


  • TB paru
  • TB paru tersangka
  • bekas TB (tidak sakit)

Berdasarkan Riwayat Berobat


  • kasus baru
  • kasus kambuh (relaps)
  • kasus defaulted atau drop out
  • kasus gagal
  • kasus kronik
  • kasus bekas TB

Pembagian Lain


Patofisiologi

  • umumnya tidak ditemukan kelainan pada permulaan TB paru.
  • penderita TB paru berusia lanjut biasanya tanpa tanda dan gejala yang tipikal karena penurunan respons imun tubuh.
  • kelainan paru umumnya pada daerah lobus superior paru.
  • kelainan pada pemeriksaan paru (misalnya status tanda vital) tergantung dari perluasan kerusakan (lesi) struktur paru.
  • bila kerusakan paru cukup luas maka pasien TB paru akan terlihat sesak dengan frekuensi napas dan nadi meningkat.
  • suara nafas (bronkial & redup) dan ronki basah merupakan tanda-tanda adanya infiltrat.
  • suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan bronkus.
  • ronki basah menandakan adanya sekret di saluran napas.
  • tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
  • tidak ada tanda khusus namun umumnya penemuan tanda penyakit saat terjadi komplikasi penyakit.
  • ditemukan 30% menderita TB paru melalui pemeriksaan darah/tes serologi dan 30-50% melalui uji tuberkulin positif pada anak yang kontak dan tinggal serumah dengan orang dewasa penderita TB paru.
kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
  • kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.
  • kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan selama 1 bulan atau lebih dan tidak mengambil obat selama 2 bulan atau lebih secara berturut-turut sebelum masa pengobatannya selesai.
  • kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
  • kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Kasus bekas TB :
  • hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap dan riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
  • pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.

Riwayat Kontak


manusiaGambar Manusia : riwayat kontak erat (cukup dekat dan cukup lama) dengan penderita TB paru misalnya petugas medis, berdesak-desakan atau tinggal serumah dengan penderita TB paru; makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita TB paru maka makin tinggi pula risiko akan tertular.
penularan lebih sering terjadi pada anggota keluarga (terutama anak) yang tinggal serumah dengan penderita TB paru.

Penyakit Menular


penyakit menularGambar Penyakit Menular : partikel percikan ludah/droplet (droplet infection) atau dahak yang mengandung kuman TB (mycobacterium tuberculosis) tersebar ke udara bebas (airborne disease) saat penderita TB paru batuk, bersin, meludah, berbicara, tertawa atau bernyanyi lalu terhirup orang lain (penyakit menular).
  • seorang penderita TB paru dapat menularkan kepada 10-15 orang per tahun disekitarnya.
  • Dr. dr. Riawati, M.Med., Ph. & dr. Jocelyn Prima Utami. 2023. TB (Tuberkulosis) : Patofisiologi, Diagnosis, Penatalaksanaan. alomedika.com. Akses 14 November 2022..
  • sebanyak 90% kasus tuberkulosis terjadi di paru-paru (TB paru).
  • tuberkulosis paru dapat menyebar melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu yang telah terinfeksi mycobacterium tuberculosis.
  • droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru ketika terinhalasi individu lain dan kuman TB akan berkembang dalam waktu 2-12 minggu.
  • penularan TB paru tidak secepat pilek dan flu.

Tahapan Gejala Klinis


  • asimtomatik
  • gejala khas lalu stagnasi dan regresi
  • eksaserbasi yang memburuk
  • gejala berulang lalu menjadi kronik

HIV


HIVGambar HIV : jika terjangkit HIV maka sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan tidak mampu mempertahankan ketidakaktivan kuman tuberkulosis. Peluang terjangkit tuberkulosis meningkat sampai 50-60% saat terjangkit HIV tetapi hanya 10% bila tidak terinfeksi HIV sepanjang hidup.

Penyakit Lain


Gejala

Gejala Khusus


Demam TB Paru


  • tidak terlalu tinggi atau samar-samar
  • hilang timbul
  • biasanya malam hari
  • berlangsung lama berminggu-minggu
  • biasanya menggigil
  • biasanya berkeringat malam secara berlebihan meskipun tidak melakukan kegiatan
  • mirip influenza

Diagnosis

Pemeriksaan Tanda Vital


  • pernapasan :
    o sesak
    o frekuensi pernapasan meningkat
  • nadi :
    o frekuensi nadi meningkat

Pemeriksaan Paru


  • menggunakan stetoskop
  • suara nafas :
    o bronkial
    o amforik
    o melemah (redup)
  • kelainan suara napas berupa ronki basah terutama pada apeks (lobus atas) paru.

Pemeriksaan Bakteriologi


mycobacterium tuberculosisGambar Mycobacterium Tuberculosis : uji Xpert MTB / RIF bila terdeteksi mycobacterium tuberculosis positif (pemeriksaan sputum BTA) & ada riwayat minum OAT; bila Xpert rifampicin resisten maka lanjut pemeriksaan biakan mycobacterium tuberculosis dan uji kepekaan obat anti tuberkulosis lini 1 & 2.
  • tes sputum BTA : ditemukan 1 spesimen BTA positif dari 2 atau 3 spesimen sputum.
  • pemeriksaan uji cepat
  • pemeriksaan kultur BTA : pemeriksaan kultur dengan cara menumbuhkan kuman mycobacterium tuberculosis; tes kultur BTA menggunakan sampel dahak pasien, hasil lebih spesifik tetapi memerlukan waktu lebih lama daripada tes sputum BTA.

Pemeriksaan Sputum BTA


  • diagnosis pasti TB paru
  • tidak sensitif karena hanya 30-70% pasien TB dapat terdiagnosis
sputumGambar Sputum : pengambilan dahak sebanyak 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu/SPS) yaitu saat pertama kali datang disebut dahak sewaktu pertama (S), segera setelah bangun tidur pada pagi hari berikutnya disebut dahak pagi (P) dan saat kedua kali datang ketika membawa dahak pagi disebut dahak sewaktu kedua (S).

Tuberkulosis Paru BTA (+)


  • minimal 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan BTA positif
  • satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
  • satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif

Tuberkulosis Paru BTA (-)


  • hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, manifestasi klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
  • hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan

Pemeriksaan Foto Toraks


Gambar Foto Toraks Tuberkulosis Paru

Gambaran infiltrat pada TB paru bilateral (alomedika.com)

  • bayangan berawan (patchy) atau memiliki bercak (nodular) di segmen apikal & posterior lobus atas dan segmen superior (apikal) lobus bawah paru.
  • adanya kavitas tunggal atau ganda yaitu kavitas yang dikelilingi bayangan opak berawan atau noduler.
  • bayangan bercak milier.
  • kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
  • adanya kalsifikasi
  • bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

Diagnosis Pasti TB Paru


  • manifestasi klinis
  • foto toraks (foto rontgen dada)
  • tes sputum untuk menemukan adanya bakteri tahan asam (BTA) : BTA mikroskopis langsung atau biakan
Cara menegakkan diagnosis pasti :
  • BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto toraks menyokong TB dan manifestasi klinis sesuai TB
  • BTA mikroskopis langsung atau biakan (-) tetapi kelainan foto toraks dan manifestasi klinis sesuai TB serta mengalami perbaikan pada pengobatan awal anti TB (initial therapy)
  • memerlukan pengobatan yang adekuat

TB Paru Tersangka


  • diagnosis bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA didapat (paling lambat 3 bulan)
  • BTA mikroskopis langsung (-) atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap tetapi kelainan rontgen dan manifestasi klinis sesuai TB paru
  • pengobatan dengan anti TB sudah dapat dimulai

Bekas TB Paru


  • ada riwayat TB dengan atau tanpa pengobatan atau gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada foto serial dan sputum BTA (-)
  • pengobatan tidak perlu diberikan

Penatalaksanaan

Terapi Umum


Obat Anti Tuberkulosis : pemberian obat anti tuberkulosis selama 6-9 bulan tergantung berat ringannya penyakit TB paru; pasien TB paru perlu menjalani pemeriksaan sputum berkala untuk melihat keberhasilan terapi selama masa pengobatan TB; .
  • istirahat : tidak perlu rawat inap.
  • prednison : prednison kontraindikasi pada tuberkulosis aktif.

Komplikasi

Prognosis

  • terapi yang cepat dan legeartis akan sembuh baik.
  • bila daya tahan tubuh baik maka dapat sembuh sendiri.
  • TB paru yang menyebar luas ke organ-organ lain (tuberkulosis ekstra paru) berisiko menyebabkan kematian.

Pencegahan

  • pencegahan primer : imunisasi
  • skrining : skrining aktif menemukan kasus terutama orang berisiko tinggi seperti HIV, pemakai narkoba suntik, kontak dekat dengan penderita TB paru aktif.
  • pencegahan sekunder
  • berikan terapi profilaksis untuk orang yang berisiko tinggi atau orang dengan TB laten.

Pencegahan Primer


  • imunisasi BCG : vaksinasi BCG sebaiknya pada bayi sebelum berusia 2 bulan; bila ada salah satu anggota keluarga menderita TB paru maka dianjurkan untuk menjalani vaksinasi BCG buat yang belum pernah menerimanya.

Pencegahan Sekunder


hidungGambar Hidung : menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan, tisu atau masker saat bersin, batuk atau tertawa; buang tisu penutup mulut segera setelah digunakan; mengenakan masker saat berada di tempat ramai atau ketika berinteraksi dengan penderita TB paru; hindari kontak dengan penderita TB paru di ruangan tertutup bersirkulasi buruk.
Obat Anti Tuberkulosis : hindari kontak langsung dengan penderita TB paru yang mendapatkan obat anti tuberkulosis; TB paru masih dapat menular selama sekitar 2 bulan pertama pemberian OAT; infeksius menjadi berkurang setelah 2 minggu pemberian obat anti tuberkulosis yang efektif.
  • jangan membuang dahak atau meludah sembarangan.
  • pastikan rumah bersirkulasi udara yang baik misalnya sering membuka pintu dan jendela; usahakan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah melalui jendela karena sinar matahari dapat membunuh kuman mycobacterium tuberculosis.
  • menjaga pola hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi, tidak minum minuman beralkohol, tidak merokok, olahraga teratur, setia pada pasangan dan istirahat cukup.
  • membawa penderita TB paru berobat sampai sembuh agar tidak menulari lagi; penderita TB paru jangan tidur sekamar dengan orang lain sampai dokter menyatakan telah sampai pada tahap tidak menular.
  • melibatkan keluarga sebagai pengawas minum obat (PMO) hingga selesai agar penderita TB paru minum obat anti tuberkulosis secara teratur.

Diagnosis Banding

Penyakit

Obat

Referensi

  1. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2009. Informasi Dasar Imunisasi Rutin Serta Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Kader, Petugas Lapangan dan Organisasi Kemasyarakatan. Hal. 1-55.
  2. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Hal. 234-237.
  3. dr. Utomo, Sp.KK. Tuberkulosis Kutis dan Penyakit Parasit.
  4. Johnny Nurman, Darmawan B. Setyanto. Skrofuloderma pada Anak : Penyakit yang Terlupakan ? Sari Pediatri, vol. 12, No. 2, Agustus 2010.
  5. Pamflet. TBC (Tuberculosis). Kesdam VII Wirabuana.
  6. Prof. DR. Dr. A. Halim Mubin, SpPD, MSc, KPTI. 2008. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Terapi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal. 230-233.
  7. Arif Mansjoer (ed.), dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III. FKUI. Media Aesculapius. Hal. 472-476.
  8. Anonim. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006.
  9. Dr. Daeng Muhammad Faqih, SH, MH, dkk. 2016. Panduan Tatalaksana 20 Kasus Non Spesialistik Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. BPJS Kesehatan. Jakarta. Hal. 26-33.
  10. dr. Pittara. 2022. TBC (Tuberkulosis) : Gejala, Penyebab dan Mengobati. alodokter.com. Akses 14 November 2022.
  11. Dr. dr. Riawati, M.Med., Ph. & dr. Jocelyn Prima Utami. 2023. TB (Tuberkulosis) : Patofisiologi, Diagnosis, Penatalaksanaan. alomedika.com. Akses 14 November 2022.

ARTIKEL TERBARU


| Apendisitis | Kocher Sign | Sitkovsky Sign | Edema Mukosa | Blumberg Sign | Multivitamin | Ruam | Ruam Sekunder | Vitamin | Tuberkulosis Primer |


ARTIKEL FAVORIT


| Eksudat Fibrinosa | Vulnus Excoriatum | Neoplasma In Situ | Meteorismus | Ekstremitas Bawah | Eksudat | Krusta | Rectal Toucher | Sistem Retikuloendotelial | Kocher Sign |


SPONSOR



A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | Q | R | S | T | U | V | W | X | Y | Z

Update 19/06/23