Apendisitis
Edisi 1.4
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.
... Berpuasa dan berbukalah, terjaga dan tidurlah, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu. (HR. al-Bukhari)
Diagnosis Apendisitis
Berdasarkan skor alvarado:
Penjelasan
- Penegakan diagnosis apendisitis berdasarkan Skor Alvarado memiliki tingkat sensitivitas sebesar 96% dan spesifisitas sebesar 81%.[13]
- Gejala klinis lain : abdominal pain (>95%), diare (4-18%), konstipasi (4-18%), volvulus, disuria, hematuria, dan piuria.[2][4][5][13]
- Tanda klinis lain : takikardi, abdominal tenderness (>95%), rectal tenderness (30-40%), cervical motion tenderness (30%), rigidity (10%), psoas sign (3-5%), rovsing sign (5%), palpable mass (<5%), penurunan bising usus, dan distensi abdomen.[2][4][5][6][13]
- Manifestasi klinis apendisitis pada bayi usia ≤ 2 tahun : demam, muntah, distensi abdomen, keadaan perut membengkak dengan respons positif terhadap palpasi lembut.[2]
- Manifestasi klinis apendisitis pada anak-anak dan remaja : mual dan muntah, nyeri perut disisi kanan bawah perut.[2]
- Manifestasi klinis apendisitis ibu hamil : mungkin menyerupai gejala umum dari kehamilan, termasuk morning sickness, dengan manifestasi berupa anoreksia, kram perut, mual, dan muntah. Apendisitis saat hamil dapat menimbulkan nyeri perut bagian atas daripada sisi kanan bawah, disebabkan oleh peningkatan posisi usus akibat kehadiran janin dalam rahim, dengan gejala tambahan termasuk nyeri saat buang air besar, sedangkan demam dan diare jarang terjadi pada ibu hamil.[2]
- Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis apendisitis mencakup analisis laboratorium darah, tes urin, dan pencitraan radiologi seperti Ultrasonografi Abdomen, CT Scan Abdomen, MRI Abdomen, dan laparoscopi.[3][4][5][6]
Anamnesis
- Manifestasi klasik apendisitis dimulai dengan nyeri kolik periumbilikal atau epigastrik (ulu hati) yang umumnya samar-samar, kemungkinan diikuti oleh gejala mual, muntah, anoreksia, dan demam ringan; setelah beberapa jam hingga 24 jam, gejala tersebut berpindah ke titik Mc Burney di abdomen fossa iliaka kanan.[1][2][4][5]
- Nyeri umumnya meningkat dan berubah menjadi nyeri tajam dengan aktivitas fisik seperti berjalan atau gerakan tiba-tiba seperti batuk atau mengejan, namun mengalami perbaikan saat pasien istirahat dalam posisi berbaring dengan lutut ditekuk.[1][2][4]
Pemeriksaan Fisik
- Apendisitis umumnya memiliki gejala demam ringan sedangkan demam tinggi menandakan potensi perforasi apendiks.[4]
- Pada tahap awal apendisitis, temuan pemeriksaan fisik seringkali tidak jelas, namun seiring perjalanan peradangan, tanda-tanda peradangan peritoneum menjadi lebih nyata.[4]
- Tanda klinis tersebut dapat mencakup:
- tanda Blumberg yaitu nyeri tekan dan nyeri lepas pada titik McBurney di abdomen fossa iliaka kanan merupakan tanda klinis yang khas dari apendisitis.[4][6][13] Jika apendiks terletak dalam posisi retrosekal (berada di antara sekum dan otot psoas), nyeri tidak akan terlokalisasi di titik McBurney, tetapi dapat ditemukan lebih lateral pada pinggang.[1]
- tanda Rovsing yaitu nyeri pada abdomen fossa iliaka kanan dengan cara melakukan palpasi abdomen fossa iliaka kiri.[1][4] Pada penekanan fossa iliaka kiri, nyeri tidak akan terasa jika apendiks vermiformis berada dalam posisi retrosekal.[1]
- tanda Dunphy adalah nyeri yang timbul saat pasien batuk.[4]
- tanda psoas, yang mengacu pada nyeri saat ekstensi pasif tungkai bawah kanan, menyebabkan pasien mengalami gejala pinggul tertekuk, mengindikasikan kemungkinan adanya apendisitis retrosekal.[1][4]
- tanda obturator merujuk pada nyeri yang terjadi saat rotasi internal pasif pada tungkai bawah dalam keadaan fleksi, yang dapat mengindikasikan kemungkinan adanya apendisitis pelvik.[4] Jika apendiks terletak di pelvis, gejala klinis biasanya minim, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan rektal untuk mendeteksi nyeri dan pembengkakan di sebelah kanan. Jika apendiks berlokasi dekat dengan otot obturator internus, rotasi pinggul dapat meningkatkan nyeri pada pasien, menandakan tanda obturator. Hiperestesia kutaneus pada daerah yang diberi inervasi oleh saraf spinal kanan T10, T11, dan T12 seringkali menyertai apendisitis akut.[1]
- Pada apendiks yang terletak anterior ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, nyeri biasanya terlokalisasi jelas, sementara pada yang berada posterior ileum terminal, diagnosa sulit karena tanda-tandanya samar dan nyeri terasa lebih tinggi di abdomen.[1]
Laboratorium Darah
- Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien meliputi hitung jenis leukosit dan presentasi neutrofil (WBCs), kadar C-Reactive Protein (CRP), interleukin-6 (IL-6), dan prokalsitonin (PCT).[4][13]
- Peningkatan jumlah leukosit dengan atau tanpa shift to the left mungkin terjadi, namun hampir sepertiga pasien dengan appendisitis menunjukkan kadar leukosit yang dalam batas normal.[4]
- Peningkatan pada jumlah leukosit dan CRP berkaitan dengan peningkatan kemungkinan adanya appendisitis komplikata.[4]
- Jumlah leukosit 10.000 sel/mm3 terkait dengan appendisitis akut, sementara jumlah leukosit di atas 17.000 sel/mm3 dikaitkan dengan appendisitis komplikata, termasuk appendisitis perforasi, appendisitis gangrenosa, dan peritonitis.[4][6][13]
Tes Urin
- Tes urin dapat dilakukan untuk mengecualikan kemungkinan infeksi saluran kemih atau batu ginjal sebagai penyebab nyeri perut.[5]
Appendicogram
- Appendicogram menggunakan suspensi barium yang terbuat dari larutan BaSO4, diberikan secara oral atau melalui anus ke colon (barium enema).[3][4]
- Hasil pemeriksaan appendicogram dapat mengidentifikasi kelainan pada apendiks vermiformis, termasuk adanya sumbatan pada pangkal apendiks vermiformis.[4]
Ultrasonografi Abdomen
- Pada keadaan normal, apendiks tidak terlihat dalam USG. Ketika terjadi apendisitis, struktur tubular noncompressible berukuran 7-9 mm yang tidak hilang dengan penekanan terlihat, tetapi jika apendiks tidak terlihat, diagnosis appendisitis tidak dapat dipastikan atau dikecualikan.[3][4]
- Sensitivitas USG dalam mendeteksi apendisitis adalah sekitar 80-86%, dengan spesifisitas sekitar 81-100%, namun sensitivitas ini sangat dipengaruhi oleh keterampilan operator yang melakukan pemeriksaan.[1][4]
- Jika hasil pemeriksaan fisik tidak menunjukkan kejelasan, pemeriksaan ultrasonografi (USG) direkomendasikan terutama pada wanita, terutama jika terdapat kecurigaan terhadap adanya abses, untuk memperjelas diagnosis dengan menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnexitis, dan sejenisnya.[3]
CT Scan Abdomen
- CT Scan abdomen, meskipun memiliki akurasi diatas 95% dalam mendiagnosis apendisitis, tidak rutin dilakukan karena paparan radiasi yang lebih tinggi dan meningkatkan beban biaya bagi pasien.[4]
- Kriteria diagnostik apendisitis pada CT Scan mencakup ukuran diameter apendiks vermiformis lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks vermiformis lebih dari 2 mm, dan keberadaan appendikolit yang terdeteksi pada sekitar 25% pasien.[4]
- CT-Scan dapat mengidentifikasi tanda-tanda apendisitis serta memperlihatkan kemungkinan komplikasi seperti abses.[3]
MRI Abdomen
- MRI abdomen jarang diperlukan untuk diagnosis apendisitis, namun dapat dipertimbangkan dalam kasus nyeri perut yang menunjukkan kemungkinan apendisitis pada wanita hamil.[4]
Laparoscopi
- Laparoskopi merupakan prosedur dimana kamera fiberoptik dimasukkan ke dalam rongga perut untuk visualisasi langsung pada appendix vermiformis, dilakukan dibawah pengaruh anestesi umum. Jika peradangan pada appendix vermiformis terdeteksi selama tindakan tersebut, pengangkatan appendix dapat dilakukan secara langsung.[3]
Definisi |
Epidemiologi |
Jenis |
Penyebab |
Patofisiologi |
Diagnosis |
Penatalaksanaan |
Perawatan |
Referensi
Artikel Terbaru
|
Apendisitis |
Kocher Sign |
Sitkovsky Sign |
Edema Mukosa |
Blumberg Sign |
Multivitamin |
Ruam |
Ruam Sekunder |
Vitamin |
Tuberkulosis Primer |
Artikel Favorit
* harga sewaktu-waktu dapat berubah
Sponsor
Update 27/06/24