Apendisitis
Edisi 1.4
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.
... Berpuasa dan berbukalah, terjaga dan tidurlah, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu. (HR. al-Bukhari)
Penatalaksanaan Apendisitis
- Terapi Suportif
- resusitasi cairan.[2][4]
- analgesik intravena.[4]
- antiemetik intravena.[4]
- Antibiotik Intravena.[1][2][4][5][6][7]
- Pembedahan.[1][2][4][5][6][7][14]
Penjelasan
- Penatalaksanaan apendisitis bertujuan untuk mengurangi gejala akut dengan risiko efek samping minimal dan memilih penatalaksanaan yang sedapat mungkin tidak invasif.[4]
- Pada kasus yang memerlukan intervensi bedah, tujuan tambahan dari penatalaksanaan adalah mencegah komplikasi seperti infeksi luka, dengan periode rawat inap yang minimal dan memungkinkan pasien untuk kembali beraktivitas normal secepat mungkin.[4]
- Penatalaksanaan definitif apendisitis ialah apendektomi,[1][4] yang sebelumnya disertai dengan pemberian resusitasi cairan, analgesik, dan antibiotik intravena.[4]
Terapi Suportif
- Di unit gawat darurat, penting bagi klinisi untuk melakukan evaluasi cepat dan akurat terhadap pasien yang mengeluhkan nyeri perut.[4]
- Pada pasien yang diduga mengalami apendisitis, disarankan untuk menghindari penatalaksanaan melalui pemberian obat secara oral.[4]
- Pada pasien yang menunjukkan gejala klinis dehidrasi atau septisemia, pemasangan akses intravena (IV) dan resusitasi cairan harus dilakukan dengan memperhitungkan defisit cairan dan kebutuhan pemeliharaan.[4]
- Pemberian analgesik dan antiemetik dapat dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan pasien, dan meskipun ada kontroversi sebelumnya tentang penggunaan analgesik yang mungkin menyembunyikan gejala nyeri perut, bukti ilmiah yang memadai untuk mendukung penundaan analgesik tidak ditemukan. Sebuah meta-analisis dari sembilan uji klinis acak terkontrol menyatakan bahwa pemberian opioid tidak meningkatkan risiko penundaan pembedahan.[4]
- Pemberian paracetamol dan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dapat dijadikan pertimbangan untuk pengelolaan nyeri pada pasien dengan kecurigaan apendisitis, terutama pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap penggunaan opioid.[4]
- Cairan oral dapat diberikan segera setelah pasien sadar dari post operatif, dan diet dapat ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai makanan padat sesuai dengan toleransi pasien.[4]
Antibiotik Intravena
- Pemberian antibiotik preoperatif diperlukan untuk mengurangi risiko infeksi pascaoperasi. Pasien yang dirawat di rumah sakit pada malam hari dan menjalani apendiktomi yang ditunda hingga pagi hari, sebaiknya segera diberikan antibiotik intravena.[4]
- Pertimbangkan pemberian antibiotik spektrum luas,[1][4] mencakup bakteri gram negatif dan bakteri anaerob, seperti kombinasi cefazolin dan metronidazole atau amoksisilin-klavulanat. Sebagai opsi alternatif, pemberian intravena dosis tunggal 2 gram cefoxitin atau cefotetan juga dapat dipertimbangkan. Pasien yang alergi obat terhadap penisilin dapat diberikan clindamycin bersama dengan salah satu dari ciprofloxacin, levofloxacin, atau gentamicin.[4]
- Pada pasien dengan appendisitis gangrenosa atau perforasi, pengobatan awal dengan antibiotik intravena secara signifikan mengurangi risiko infeksi luka dan pembentukan abses intraabdominal pascaoperatif, tetapi pada pasien dengan apendisitis tanpa komplikasi, pemberian antibiotik pascaoperatif tidak diperlukan.[4]
- Setelah tindakan pembedahan, disarankan untuk memberikan antibiotik selama periode 7-10 hari.[6]
Pembedahan
- Apendektomi adalah pendekatan standar dalam penanganan apendisitis, terdiri dari apendektomi laparoskopi dan apendektomi terbuka (laparatomi).[1][2][4][6][7]
- Apendektomi laparoskopi terbukti mengurangi insidensi infeksi luka, nyeri pasca bedah, dan durasi rawat inap, namun berpotensi meningkatkan kejadian abses intra abdomen serta memperpanjang waktu operasi.[1][4]
- Saat ini, bukti ilmiah menunjukkan bahwa pada apendisitis tanpa komplikasi, penundaan pembedahan selama 12-24 jam tidak meningkatkan risiko perforasi jika pemberian antibiotik segera dimulai; namun, menunda apendektomi selama lebih dari 48 jam berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi luka operasi dan komplikasi lainnya.[4]
- Pada pasien dengan appendisitis komplikata, waktu optimal untuk melakukan pembedahan bergantung pada kondisi klinis pasien. Pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda perforasi atau peritonitis dengan gejala yang parah, apendektomi emergensi harus segera dilakukan, sementara pada pasien yang tidak stabil secara hemodinamik, disarankan untuk melakukan resusitasi dan stabilisasi preoperatif sebelum tindakan operatif dilakukan.[4]
- Pada pasien dengan appendisitis komplikata yang stabil tanpa perforasi atau pada pasien dengan abses apendiks dan phlegmon, terapi awal yang umumnya dipilih adalah terapi nonbedah; namun, jika tidak berhasil, barulah dilakukan apendektomi.[4]
Definisi |
Epidemiologi |
Jenis |
Penyebab |
Patofisiologi |
Diagnosis |
Penatalaksanaan |
Perawatan |
Referensi
Artikel Terbaru
|
Apendisitis |
Kocher Sign |
Sitkovsky Sign |
Edema Mukosa |
Blumberg Sign |
Multivitamin |
Ruam |
Ruam Sekunder |
Vitamin |
Tuberkulosis Primer |
Artikel Favorit
* harga sewaktu-waktu dapat berubah
Sponsor
Update 27/06/24