Home Klinik Kedokteran

HIV

Edisi 0.4
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.


Pengertian

HIV adalah virus penyebab AIDS yang menyerang sel darah putih dan merusak sistem kekebalan tubuh pada manusia.
Sinonim : human immunodeficiency virus, infeksi HIV, penderita HIV | Kompetensi : ? | Laporan Penyakit : ? | ICD X : B.20

Gambar HIV

HIV (susibudiani.wordpress.com)



Penjelasan

HIV adalah virus jenis retrovirus.
HIV menyerang sel darah putih disebut CD4.
HIV merusak sistem kekebalan tubuh sehingga bermunculan berbagai gejala infeksi oportunistik.

Epidemiologi

  • HIV merupakan penyakit yang paling mematikan nomor 9 di Indonesia
  • nama awal Lymphadenophaty Associater Virus (LAV) & Human T Lymphotropic Virus type III (HTLV III)
  • jumlah penderita sampai akhir Desember 2012 di Indonesia 92.251 orang (Kementerian Kesehatan)
  • komisi AIDS di Asia melaporkan bahwa 50 juta perempuan berisiko terinfeksi HIV dari pasangan intim mereka dimana 90% diantaranya terinfeksi melalui suami mereka
  • sebanyak 3,05% ibu positif terinfeksi HIV dari ibu hamil yang melakukan konseling dan tes HIV
  • lebih dari 90% bayi terinfeksi HIV tertular dari ibu HIV positif
  • tuberkulosis aktif : penderita HIV dilaporkan 18 kali lebih berisiko untuk terinfeksi TB aktif.
tuberkulosis paruGambar Tuberkulosis Paru : kasus TB paru di negara industrial lebih umum terjadi pada individu yang datang dari area endemik TB paru, tenaga kesehatan dan individu dengan HIV; estimasi global 1,2 juta kematian karena TB paru pada kelompok individu HIV negatif & 209.000 pada HIV positif (2019); 1,3 juta pada HIV negatif & 214.000 pada HIV positif (2020); peningkatan diduga berkaitan COVID-19.

Penyebab

Faktor Predisposisi


Penyakit Penyerta


HIV Karena Obat


Patofisiologi

  • dermatitis seboroik : [rujukan] dermatitis seboroik berat yang didasari suatu penyakit misalnya infeksi HIV/AIDS.

Penularan

Penularan dapat terjadi jika ada kontak atau percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu :
  • melalui darah dan cairan tubuh (cairan sperma/air mani, cairan vagina dan ASI) atau melalui selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut
  • melalui transfusi darah atau produk darah lainnya yang mengandung HIV
  • melalui alat suntik (misalnya yang dipakai secara pergantian oleh pengguna narkoba suntik), alat tindakan medis atau jarum tindik yang dipakai untuk tato jika mengandung darah dari orang yang terinfeksi HIV
bayiGambar Bayi : dapat menular pada bayi saat kehamilan (5-10%), persalinan (10-20%) dan menyusui (5-20%) dimana 20-50% bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan tertular bila tidak ada intervensi (pencegahan) dan turun menjadi kurang dari 2% jika ada intervensi.
Penularan sebagian besar melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi HIV dan berbagi jarum suntik yang terkontaminasi.
HIV hanya dapat hidup didalam tubuh manusia yang hidup dan hanya bertahan beberapa jam diluar tubuh sehingga HIV tidak dapat menular pada keadaan :
  • tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing karena jumlah virus yang sangat kecil
  • perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa risiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang alat suntik secara aman dan menutupi luka
kulitGambar Kulit : tidak dapat menembus kulit yang utuh dan tidak menyebar melalui sentuhan dengan orang yang terinfeksi HIV, berenang bersama atau sesuatu yang dipakai oleh orang tersebut, saling penggunaan perabot makanan atau minum, atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian.
darahGambar Darah : tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga pengisap darah yang lain. Kebanyakan serangga tidak membawa darah dari satu orang ke orang lain ketika menggigit manusia. Masuknya parasit malaria melalui aliran darah dalam air ludah nyamuk, bukan darahnya. HIV mati dalam tubuh nyamuk.

Tahapan Infeksi

Virus HIV membutuhkan waktu 5-10 tahun (penyakit kronis) sampai menimbulkan gejala-gejala. Saat waktu yang dibutuhkan terpenuhi, infeksi HIV sudah berkembang menjadi AIDS. Infeksi membutuhkan 4 tahapan.
Tahapan pertama :
  • HIV masuk ke dalam tubuh hingga terbentuk antibodi dalam darah
  • penderita HIV tampak dan merasa sehat
  • tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus
  • berlangsung selama 2 minggu sampai 6 bulan
Tahapan kedua :
  • HIV mulai berkembang didalam tubuh
  • tes HIV sudah bisa mendeteksi keberadaan virus karena antibodi yang mulai terbentuk
  • penderita tampak sehat selama 5-10 tahun bergantung pada daya tahan (rata-rata penderita bertahan selama 8 tahun)
Tahapan ketiga :
Tahapan keempat :
  • penderita positif menderita AIDS
  • butuh waktu 5-10 tahun menjadi AIDS
  • sistem kekebalan tubuh semakin turun
  • berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) menyebabkan kondisi penderita semakin parah

Diagnosis

Gejala


Tes HIV


  • cara efektif untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV atau tidak adalah melakukan VCT (voluntary counseling and testing)
  • tes darah untuk memastikan adanya antibodi HIV didalam sampel darah
  • pemeriksaan darah : sejumlah kecil darah akan diambil dari tubuh dan pemeriksaannya akan dilakukan di laboratorium
  • jika berisiko maka lakukan tes HIV secepatnya
  • untuk rencana pengobatan dan pencegahan penularan
  • lakukan tes ulang setiap 3 bulan sekali selama hasil tes non reaktif (negatif)

Diagnosis HIV pada Dewasa


Pemeriksaan Laboratorium


  • untuk menegakkan diagnosis HIV/AIDS : pemeriksaan serologi (antibodi) terhadap HIV (rapid test & ELISA) dan pemeriksaan jumlah virus (viral load)
  • untuk menentukan tingkat imunitas tubuh : limfosit total atau CD4
pemeriksaan laboratoriumGambar Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan darah lengkap, urin rutin & mikroskopik, pemeriksaan feses lengkap, kimia darah (kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah, SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum), serologi virus hepatitis & virus hepatitis B, pemeriksaan sputum BTA, foto toraks & pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui infeksi oportunistik & komorbiditas.

Diagnosis HIV pada Bayi


  • mulai kehamilan trimester ketiga, antibodi ibu termasuk antibodi terhadap HIV ditransfer secara pasif kepada janin dan dapat dideteksi sampai anak berumur 18 bulan
  • pemeriksaan serologis HIV anak kurang 18 bulan dapat menunjukkan hasil reaktif (+) walapun anak tersebut tidak terinfeksi HIV
  • diagnosis HIV pada bayi <18 bulan dapat menggunakan uji virologi (viral load) sedangkan bayi >18 bulan dapat dengan tes serologi
  • deteksi infeksi HIV pada bayi usia 6 minggu atau lebih lewat pemeriksaan PCR DNA kualitatif menggunakan sediaan darah (serum) atau dried blood spot (DBS)

Diagnosis HIV pada Anak <18 Bulan


a. Bila ada 1 kriteria berikut :
  • PCP (pneumoni pneumosistis jiroveci), meningitis kriptococcus, candidiasis esophagus
  • toksoplasmosis, malnutrisi berat yang tidak membaik dengan pengobatan standar
b. Minimal ada 2 gejala berikut :
  • oral trust, pneumonia berat, sepsis berat, kematian ibu yang berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV lanjut pada ibu
  • CD4 <20%

Diagnosis HIV pada Anak ≥18 Bulan


  • sama dengan diagnosis pada dewasa
  • perhatian khusus pada anak yang diberikan ASI, tes dilakukan setelah ASI dihentikan lebih 2 minggu

Stadium Klinis

Stadium Klinis Dewasa


HIV Stadium 1 :
  • asimtomatis
  • limfadenopati meluas persisten
Skala aktivitas 1 : asimtomatis, aktivitas normal
HIV Stadium 2 : Skala aktivitas 2 : simtomatis, aktivitas normal
HIV Stadium 3 :
  • penurunan berat badan bersifat berat yang tidak diketahui penyebabnya (lebih dari 10% dari perkiraan berat badan atau berat badan sebelumnya)
  • diare kronis yang tidak diketahui penyebabnya berlangsung lebih 1 bulan
  • demam intermitten atau menetap lebih 1 bulan yang tidak diketahui penyebabnya
  • kandidiasis mulut (thrush)
  • oral hairy leukoplakia
  • tuberkulosis paru
  • infeksi bakteri berat :
    o pneumonia
    o empyema
    o meningitis
    o piomiositis
    o infeksi tulang
    o infeksi sendi
    o bakteriemia
    o penyakit inflamasi panggul yang berat
  • stomatitis nekrotikans ulserative akut, gingivitis atau periodontitis
  • anemia, neutropenia (<500/dl) dan/atau trombositopenia kronis yang tidak diketahui penyebabnya
Skala aktivitas 3 : selama 1 bulan terakhir tinggal di tempat tidur <50%
HIV Stadium 4 :
  • sindrom wasting HIV
  • pneumonia pneumocystic jiroveci
  • pneumonia bakterial berat yang berulang
  • herpes simpleks kronis (orolabial, genital atau anorektal selama lebih dari 1 bulan atau viseral dibagian manapun)
  • kandidiasis esofageal (atau kandidiasis trakea, bronkus atau paru)
  • tuberkulosis ekstra paru
  • sarkoma kaposi
  • penyakit sitomegalovirus (CMV) : retinitis atau infeksi organ lain tidak termasuk hati, limpa dan kelenjar getah bening
  • toksoplasmosis di sistem saraf pusat
  • ensefalopati HIV
  • pneumonia kriptokokus ekstrapulmoner termasuk meningitis
  • infeksi mikobakteria non tuberkulosis yang menyebar
  • leukoencephalopati multifokal progresif
  • cryptosporidioais kronis
  • isosporiasis kronis
  • mikosis diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
  • septikemi yang berulang (termasuk salmonella non tifoid)
  • limfoma (serebral atau sel B non hodgkin)
  • karsinoma serviks invasif
  • leishmaniasis diseminata atipikal
  • nefropati atau kardiomiopati terkait HIV yang simptomatis
Skala aktivitas 4 : selama 1 bulan terakhir tinggal di tempat tidur >50%

Sindrom Wasting HIV


  • berat badan berkurang >10% dari berat badan semula disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (>1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas

Ensefalopati HIV


  • adanya gangguan dan/atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian

Stadium Klinis Bayi & Anak


HIV Stadium 1 :
  • asimtomatis
  • limfadenopati generalisata persisten
HIV Stadium 2 :
  • hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan
  • erupsi pruritik popular
  • infeksi virus wart luas
  • angular cheilitis
  • moluskum kontagiosum luas
  • ulserasi oral berulang
  • pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan
  • eritema gingival lineal
  • herpes zoster
  • infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhea, sinusitis, tonsilitis)
  • infeksi kuku oleh jamur
HIV Stadium 3 :
  • malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara adekuat terhadap terapi standar
  • diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)
  • demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,50C intermitten atau konstan >1 bulan)
  • kandidosis persisten (diluar saat 6-8 minggu pertama kehidupan)
  • oral hairy leukoplakia
  • periodontitis/gingivitis ulseratif nekrotikans akut
  • tuberkulosis kelenjar
  • tuberkulosis paru
  • pneumonia bakterial yang berat dan berulang
  • pneumosistis interstitial limfoid simptomatik
  • penyakit paru berhubungan dengan HIV yang kronik termasuk bronkiektasis
  • anemia yang tidak dapat dijelaskan, neutropenia (<500/mm3) atau trombositopenia
HIV Stadium 4 :
  • malnutrisi, wasting dan stunting berat yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berespons terhadap terapi standar
  • pneumonia pneumosistis
  • infeksi bakterial berat yang berulang (misal empyema, piomiositis, infeksi tulang dan infeksi sendi, meningitis kecuali pneumonia)
  • infeksi herpes simpleks kronik (orolabial atau kutaneus >1 bulan atau viseralis di lokasi manapun)
  • TB ekstrapulmonar
  • sarkoma kaposi
  • kandidiasis esophagus (atau trakea, bronkus atau paru)
  • toksoplasmosis susunan saraf pusat (diluar masa neonatus)
  • ensefalopati HIV
  • infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau infeksi CMV pada organ lain dengan onset umur >1 bulan
  • kriptokokus ekstrapulmonar termasuk meningitis
  • mikosis endemic diseminata (histoplasmosis, coccidiomycosis)
  • kriptosporidiosis kronik (dengan diare)
  • isosporiasis kronik
  • infeksi mikobakteria non-tuberkulosis diseminata
  • kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang simtomatik
  • limfoma sel B non-Hodgkin atau limfoma serebral
  • progressive multifocal leukoencephalopathy

Penatalaksanaan

Belum ditemukan obat untuk HIV

Komplikasi

Pencegahan

Cegah penularan melalui hubungan seksual :
  • abstinence (tidak melakukan hubungan seksual)
  • use condom : memakai secara benar dan konsisten, menggunakan pelicin berbahan dasar air untuk menghindari perlukaan dan bukan berbahan dasar minyak karena dapat mengurangi kekuatan dan menyebabkan kebocoran kondom
  • be faithful : saling setia, tidak berganti-ganti pasangan
Cegah penularan melalui darah dan cairan tubuh :
  • hindari kontak dengan darah dan cairan tubuh pasien HIV / AIDS
  • cegah penularan dari ibu kepada janin dengan menawarkan tes HIV kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya
  • gunakan jarum suntik yang steril
  • no drugs : tidak menggunakan narkoba dan zat adiktif, tidak berbagi jarum (jarum suntik, spet, alat tindik, alat tato) dengan siapapun
Berikan antiretroviral (ARV) untuk pengobatan dan pencegahan :
  • semakin dini penderita HIV diberikan antiretroviral maka jumlah virus dalam darah akan menurun dan risiko penularan kepada orang lain akan berkurang
  • education : membekali dengan informasi yang benar, hanya menerima darah yang sudah diperiksa dan pemeriksaan HIV bagi ibu hamil pada triwulan pertama dimana jika hasilnya positif maka minum obat ARV sedini mungkin agar dapat mencegah penularan HIV dari ibu ke anak
Mempertahankan dan meningkatkan imunitas tubuh :
  • lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti menjaga kebersihan pribadi, mencuci tangan, minum air bersih
  • menjauhkan diri dari kebiasaan merokok dan minum alkohol.
  • tuberkulosis paru : skrining aktif menemukan kasus terutama orang berisiko tinggi seperti HIV, pemakai narkoba suntik, kontak dekat dengan penderita TB paru aktif.

Penderita

  • wanita penderita HIV masih mungkin hamil dan melahirkan
  • penderita HIV masih bisa bekerja dan bukan alasan untuk berhenti bekerja

Referensi

  1. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. IMS dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin. Jakarta. www.aidsindonesia.or.id. Hal. 10-13.
  2. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Informasi HIV, AIDS dan IMS. Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan. 2014. Hal. 1-28.
  3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi & KIA Kementerian Kesehatan. 2014. Hal. 1-92.
  4. PP LKNU. Panduan Penanggulangan AIDS Perspektif Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pengurus Pusat Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama. 2013. Hal. 1-40.

ARTIKEL TERBARU


| Apendisitis | Kocher Sign | Sitkovsky Sign | Edema Mukosa | Blumberg Sign | Multivitamin | Ruam | Ruam Sekunder | Vitamin | Tuberkulosis Primer |


ARTIKEL FAVORIT


| Eksudat Fibrinosa | Vulnus Excoriatum | Neoplasma In Situ | Meteorismus | Ekstremitas Bawah | Eksudat | Krusta | Rectal Toucher | Sistem Retikuloendotelial | Kocher Sign |


SPONSOR



A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | Q | R | S | T | U | V | W | X | Y | Z

Update 24/12/22