Home Klinik Kedokteran

Asma Bronkial

Edisi 0.2
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.


Pengertian

Asma bronkial adalah penyakit sistem pernapasan berupa peradangan dan penyempitan saluran napas karena hiperaktivitas bronkus terhadap suatu rangsangan dengan manifestasi klinis bunyi ngorok saat mengeluarkan napas yang disertai bunyi mengi (wheezing).
Sinonim : asma, asma bronchial, asma bronkhial, asma bronkiale, asthma, penyakit asma | Kompetensi : 04 | Laporan Penyakit : 1403 | ICD X : J.45

Gambar Asma Bronkial

Asma Bronkial (klikpdpi.com)



Penjelasan

Asma bronkial berupa peradangan saluran napas yang berlangsung kronik dan melibatkan berbagai sel inflamasi beserta elemennya. Inflamasi tersebut terjadi setelah peristiwa sensitisasi.
Asma bronkial berupa penyempitan saluran napas yaitu obstruksi bronkus.
Asma bronkial karena hiperaktivitas bronkusGambar Bronkus terhadap suatu rangsangan yang menyebabkan gejala episodik berulang namun biasanya dapat membaik secara spontan ataupun dengan pengobatan. Hiperaktivitas bronkus berhubungan dengan inflamasi yang berlangsung lama atau inflamasi yang berat.
Asma bronkial yang disertai bunyi mengi (wheezing) sebagai tanda serangan asma. Mengi timbul apabila penderita yang telah mengalami sensitisasi dan inflamasi, terpajan oleh pencetus (trigger).

Penyebab

Faktor Etiologi


  • faktor genetik :
    o alergi
    o riwayat asma dalam keluarga
  • faktor lingkungan :
    o allergen
    o infeksi pernapasan
    o pajanan di tempat kerja
    o polusi udara

Faktor Predisposisi


  • semua usia namun biasanya pada anak-anak.

Pemicu (Inducer)


Penyakit Penyerta


Jenis

Berdasarkan Intensitas Gejala


Berdasarkan Keberlangsungan


Patofisiologi

  • sensitisasi : sensitisasi timbul karena pajanan pemicu (inducer/sensitisizer/echancer) pada penderita yang memiliki risiko genetik dan risiko lingkungan.
  • inflamasi : proses inflamasi pada saluran napas terjadi setelah peristiwa sensitisasi; inflamasi yang berlangsung lama (radang kronik) atau inflamasi yang berat secara klinis berhubungan dengan hiperaktivitas bronkus.
  • mengi : mengi sebagai tanda serangan asma timbul apabila penderita yang telah mengalami inflamasi, terpajan oleh pencetus (trigger).

Diagnosis

Anamnesis


  • lebih dari 1 gejala :
    o batuk berulang
    o sesak napas
    o rasa berat di dada
    o napas berbunyi (mengi/wheezing)
  • gejala penyakit sering memburuk pada malam hari atau menjelang pagi.
  • gejala penyakit dan intensitasnya sering bervariasi dari waktu ke waktu.
  • ada faktor pencetus.
  • bunyi ngorok saat mengeluarkan (ekspirasi) napas yang disertai bunyi mengi (wheezing).

Pemeriksaan Tanda Vital


  • frekuensi napas dan denyut nadi dapat normal pada saat stabil (tidak eksaserbasi) atau meningkat pada eksaserbasi akut.

Pemeriksaan Respirasi


  • respirasi dapat normal.
  • wheezing/mengi pada auskultasi, bersifat bilateral dan lebih terdengar pada fase ekspirasi saat terjadi eksaserbasi akut.
  • penggunaan beberapa otot bantu pernapasan saat eksaserbasi akut.

Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE)


  • pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) menggunakan alat yang dinamakan Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) meter.
  • APE meningkat ≥ 60 liter/menit atau ≥ 20% setelah pemberian bronkodilator (Short Acting Beta 2 Agonis/SABA misalnya salbutamol) mengindikasikan adanya respon bronkodilator atau kemungkinan diagnosis asma bronkial.

Pemeriksaan Spirometri


  • penilaian obstruksi jalan napas berdasarkan rasio antara Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital Paksa (KVP) (VEP1/KVP).
  • normal : VEP1/KVP >75%
  • obstruksi jalan napas : VEP1/KVP <75%

Pemeriksaan Radiologi


  • foto toraks bisa tampak normal.
  • foto toraks diindikasikan untuk mencari komplikasi saat eksaserbasi atau memastikan diagnosis banding lainnya.

Penatalaksanaan

Prinsip Penatalaksanaan


  • penatalaksanaan asma jangka panjang :
    o edukasi
    o obat asma (obat pelega & pengontrol)
    o menjaga kebugaran (senam asma)
  • penatalaksanaan asma akut / eksaserbasi :
    o tujuan tatalaksana serangan asma
    o tatalaksana asma akut

Edukasi Asma Jangka Panjang


  • kapan pasien berobat / mencari pertolongan.
  • mengenali gejala serangan asma sejak dini.
  • mengetahui beberapa obat pelega dan pengontrol, cara dan waktu penggunaannya.
  • mengenali dan menghindari faktor pencetus.
  • kontrol teratur.

Obat Asma Bronkial


  • berikan obat pelega hanya ketika datang serangan asma.
  • obat pengontrol untuk mencegah serangan asma, berikan dalam jangka panjang dan terus menerus.
  • berikan obat pengontrol untuk asma yang tidak terkontrol lalu evaluasi setiap bulan.
  • tingkatkan dosis obat pengontrol bila dalam 1 bulan belum juga terkontrol.
  • bila asma sudah terkontrol dan berlangsung selama 3 bulan, dosis obat pengontrol dapat diturunkan.
  • berikan antibiotik bila terjadi infeksi bakteri seperti pneumonia, bronkitis akut, sinusitis dengan tanda sputum purulen, demam dan leukositosis.
  • berikan amoksisilin dosis 50 mg/kgbb/hari sebagai antibiotik selama minimal 5 hari.
  • anjurkan pasien kontrol teratur meskipun belum terjadi serangan akut untuk tetap mengontrol asma dan menurunkan dosis obat seminimal mungkin.
  • bila perlu tambahkan inhalasi bronkodilator (Short Acting Beta 2 Agonis/SABA misalnya salbutamol) sebagai obat pelega, tidak melebihi 3-4 kali sehari.
  • bila tercapai asma terkontrol maka pertahankan selama 3 bulan lalu turunkan dosis obat bertahap sampai seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol.
  • faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan.
  • epinephrine : dosis 1 : 1000 0,2-0,3 ml subkutan pada serangan ringan, dapat diulangi beberapa kali, interval 10-15 menit; anak 0,01 mg/kgBB, dapat diulang dengan memperhatikan tekanan darah, nadi & fungsi respirasi.
  • bronkodilator terpilih adalah teofilin 3 x 100-150 mg sehari pada orang dewasa dan 10-15 mg/kgBB sehari untuk anak.
  • pilihan lain : salbutamol 3 x 2-4 mg sehari untuk dewasa
  • efedrin 3 x 10-15 mg sehari dapat dipakai untuk menambah khasiat teofilin
  • prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus dan pemberiannya tidak boleh terlambat.

Tujuan Tatalaksana Serangan Asma


  • mengatasi gejala serangan asma.
  • mengembalikan fungsi paru-paru kepada keadaan sebelum serangan.
  • mencegah terjadinya kekambuhan.
  • mencegah kematian karena serangan asma.

Status Asmatikus


Status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan perawatan intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai berikut :
  • pasien diinfus glukosa 5% dan aminofilin 5-6 mg/kgBB disuntikkan intravena perlahan bila penderita belum memperoleh teofilin oral
  • prednison 2 x 10-20 mg sehari untuk beberapa hari kemudian diturunkan dosisnya sehingga secepat mungkin dapat dihentikan
  • epinefrin
Kontraindikasi
Hati-hati

Rujukan

Kriteria Rujukan


  • serangan akut yang mengancam jiwa.
  • tidak respon pengobatan.
  • tanda dan gejala tidak jelas dalam diagnosis banding atau adanya komplikasi atau penyakit penyerta (komorbid) seperti sinusitis, polip hidung, aspergilosis (ABPA), rhinitis berat, disfungsi pita suara, penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) dan PPOK.
  • kebutuhan pemeriksaan atau uji lainnya diluar pemeriksaan standar seperti uji kulit (uji alergi), pemeriksaan faal paru lengkap, uji provokasi bronkus, uji latih (Cardiopulmonary Exercise Test), bronkoskopi, dll.

Jenis Rujukan


  • rujukan rutin
  • rujukan urgent
  • rujukan emergency

Rujukan Rutin


  • rujukan rutin merupakan evaluasi medis berkala dengan melakukan konsultasi pada dokter spesialis paru atau dokter penyakit dalam dan pemeriksaan penunjang spirometri untuk menilai fungsi paru-paru dan mengklasifikasikan tingkat keparahan asma.
  • pemeriksaan berkala 1 kali setahun untuk menilai perubahan fungsi saluran napas atau lebih sering bergantung pada berat penyakit dan respon pengobatan.
  • pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin, eosinofil, APE dan spirometri; pemeriksaan berkala 1 kali setahun untuk menilai fungsi faal paru-paru dan klasifikasi derajat asma menggunakan spirometri.

Rujukan Urgent


  • rujukan urgent merupakan rujukan ke FKTL pada kasus asma persisten sedang berat yang tidak terkontrol, asma persisten pada ibu hamil dan asma persisten dengan komorbid yang tidak terkontrol.
  • asma persisten dengan komorbid yang tidak terkontrol dirujuk sesuai kriteria rujukan komorbid masing-masing.

Rujukan Emergency


  • rujukan emergency merupakan rujukan untuk mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit pada kasus asma akut berat dan asma yang mengancam jiwa sehingga mampu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Monitoring

  • asma kontrol harus rutin dan teratur dimonitor oleh petugas kesehatan terutama dokter dengan melibatkan pasien dan keluarga.
  • penilaian asma kontrol menggunakan instrumen ACT (Asthma Control Test), kuesioner kontrol asma saat pasien melakukan kunjungan.
  • kunjungan pasien biasanya setiap 1-3 bulan bergantung kondisi asma, komorbiditas, kemandirian dalam penanganan asma dan masalah pengobatan (efek samping, penggunaan obat pengontrol, kepatuhan, dll.).

Komplikasi

Prognosis

  • SARS : tingkat kematian SARS sekitar 10-14% terutama pasien dengan usia lebih dari 40 tahun dengan penyakit penyerta seperti penyakit jantung, asma, penyakit paru kronik dan diabetes.

Diagnosis Banding

  • difteri : difteri bunyi ngorok yang khas (stridor) saat pasien menarik napas (inspirasi) sedangkan asma bronkial bunyi ngorok saat pasien mengeluarkan napas (ekspirasi) yang disertai bunyi mengi.

Pencegahan

  • pencegahan primer
  • pencegahan sekunder
  • pencegahan tersier

Pencegahan Primer


  • untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan orang tua penyandang asma.
  • hindari pajanan asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi atau anak.
  • memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan.

Pencegahan Sekunder


  • untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersensitisasi.
  • hindari pajanan asap rokok dan alergen dalam ruangan terutama tungau dan debu rumah.

Pencegahan Tersier


  • untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi penyakit.
  • hindari pencetus.

Referensi

  1. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas. Hal. 24-26.
  2. Dr. Daeng Muhammad Faqih, SH, MH, dkk. 2016. Panduan Tatalaksana 20 Kasus Non Spesialistik Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. BPJS Kesehatan. Jakarta. Hal. 6-19.

ARTIKEL TERBARU


| Apendisitis | Kocher Sign | Sitkovsky Sign | Edema Mukosa | Blumberg Sign | Multivitamin | Ruam | Ruam Sekunder | Vitamin | Tuberkulosis Primer |


ARTIKEL FAVORIT


| Eksudat Fibrinosa | Vulnus Excoriatum | Neoplasma In Situ | Meteorismus | Ekstremitas Bawah | Eksudat | Krusta | Rectal Toucher | Sistem Retikuloendotelial | Kocher Sign |


SPONSOR



A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | Q | R | S | T | U | V | W | X | Y | Z

Update 9/11/22