nama kimia : 3-ethyl-5-methyl(+)-2-{(2-aminoethoxy)methyl}-4-(2-chlorophenyl)-1,4-dihydro-6-methyl-3,5-pyridinecarboxylate, monobenzenesulphonate
Farmakodinamik :
penghambat aliran ion kalsium (penghambat kanal yang lambat atau antagonis ion kalsium dan penghambat aliran transmembran ion kalsium ke dalam jantung dan otot polospembuluh darah
Amlodipin mengurangi beban iskemik total dengan mekanisme :
menyebabkan dilatasi resistensi perifer (afterload) yang melawan kerja jantung sehingga akan menurunkan kerja dan kebutuhan oksigenotot jantung saat frekuensi nadi stabil
kemungkinan dapat menyebabkan dilatasi arteri-arteri dan arteriol-arteriol koronaria baik pada daerah iskemi maupun daerah yang normal sehingga menambah penghantaran oksigen ke otot jantung pada spasme arteri koronaria (angina pektoris varian)
Farmakokinetik :
absorpsi : diserap baik pada pemberian oral dengan konsentrasi tertinggi dalam darah tercapai setelah 6-12 jam; tidak dipengaruhi konsumsi makanan; bioavailabilitas 60-65%; kadar taraf mantap plasma dicapai setelah pemberian selama 7-8 hari
distribusi : sekitar 97,5% terikat pada proteinplasma; volume distribusi ± 21 L/kg
metabolisme : sebagian besar dimetabolisme di hati menjadi metabolit tidak aktif
ekskresi : mempunyai waktu paruh akhir eliminasi plasma yang panjang sekitar 35-50 jam; sebagian besar diekskresi melalui urine dimana kurang dari 10% dari dosis diekskresi dalam bentuk tidak berubah
angina pektoris vasospastik (angina pectoris printzmetal) atau diduga angina pektoris vasospastik : sebagai pengobatan tunggal atau kombinasi dengan obat antiangina lainnya
sensitif terhadap amlodipin
paling sering : edema perifer (bengkak pada pergelangan kaki dan kaki); dosis 2,5-10 mg sehari (1,8-10,8%); prevalensi pada wanita lebih tinggi daripada pria
agak sering : pusing (dosis 2,5-10 mg; 1,1-3,4%), palpitasi (dosis 2,5-10 mg; 0,7-4,5%); prevalensi pada wanita lebih tinggi daripada pria
usia lanjut dan gangguan fungsi hati : dosis rendah
sebagian besar pasien memerlukan 10 mg untuk mendapatkan efek yang adekuat
gangguan fungsi hati : dimetabolisme secara luas oleh hati dan waktu paruh eliminasi plasma (t½) pada penderita dengan gangguan fungsi hati adalah 56 jam; perhatian harus diberikan saat pemberian amlodipin pada pasien dengan gangguan hati yang berat
gangguan ginjal : dimetabolisme secara luas menjadi metabolit tidak aktif yang 10% diekskresi dalam bentuk tidak berubah di urin; perubahan konsentrasi plasma amlodipin tidak berhubungan dengan derajat gangguan ginjal; amlodipin dengan dosis normal dapat digunakan pada penderita gangguan ginjal
gagal jantung kongestif : harus digunakan hati-hati karena adanya sedikit risiko efek inotropik negatif
amlodipin bukan beta bloker sehingga tidak perlu memberikan perlindungan melawan bahaya ketergantungan beta bloker; ketergantungan dicegah dengan menurunkan dosis beta bloker secara bertahap
kehamilan & menyusui : keamanannya belum dipastikan
anak-anak : keamanan & efektivitasnya belum dipastikan
usia lanjut : waktu paruh dapat bertambah pada usia lanjut dimana penderita dapat lebih sensitif pada efek hipotensi sehingga dapat dianjurkan dosis initial yang lebih rendah
fertilitas : tidak terdapat gangguan fertilitas (kesuburan) yang ditemukan pada tikus pengerat pada dosis 8 kali dosis maksimum yang direkomendasikan pada manusia sebelumnya
anestesi, hidrokarbon inhalasi : dapat menambah efek hipotensi; disarankan berhati-hati selama penggunaan meskipun agen penghambat kanal kalsium dapat digunakan untuk mencegah takikardi supraventrikular, hipertensi atau spasme koroner selama operasi
obat antiinflamasi non steroid (NSAID) khususnya indonetacin : dapat mengurangi efek antihipertensi amlodipin dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin di ginjal dan/atau menyebabkan retensi cairan dan natrium
obat penghambat beta-adrenergik : disarankan hati-hati bersama pemberian nifedipine; dapat menyebabkan hipotensi yang berlebihan dan jarang menyebabkan gagal jantung kongestif
estrogen : retensi cairan karena perangsangan estrogen cenderung meningkatkan tekanan darah sehingga harus dimonitor dengan hati-hati untuk memastikan tercapainya efek yang diinginkan
obat yang sangat terikat protein seperti antikonvulsan (hydantoin), antikoagulan (coumarin dan derivat andandion), antiinflamasi (nonsteroid), quinine, salicylates, sulfinpyrazone : dapat terjadi perubahan konsentrasi obat-obat bebas yang tidak terikat protein dalam serum
litium : disarankan hati-hati karena kemungkinan besar dapat menyebabkan neurotoksisitas dalam bentuk mual, muntah, diare, ataksia, tremor, tinitus
simpatomimetik : dapat menurunkan efek antihipertensi amlodipin sehingga pasien harus dimonitor dengan hati-hati untuk memastikan tercapainya efek yang diinginkan
digoxin, phenytoin, warfarin, indometacin : tidak memiliki efek terhadap ikatan protein
digoksin : tidak mengubah kadar digoxin serum atau klirens ginjal
simetidin : tidak meningkatkan farmakokinetik amlodipin
warfarin : tidak mengubah waktu respon protrombin warfarin
percobaan dengan overdosis yang disengaja dibatasi pada manusia
bilas lambung dapat bermanfaat pada beberapa kasus
overdosis dapat menyebabkan vasodilatasi perifer yang berlebihan dan mungkin terjadi hipotensi sistemik yang berkepanjangan
hipotensi karena overdosis amlodipin yang jelas terlihat secara klinik memerlukan resusitasi kardiovaskular aktif termasuk pengawasan fungsi jantung dan pernapasan yang lebih sering, elevasi tungkai dan pengawasan terhadap volume cairan yang bersirkulasi serta produksi urin