Sistem Retikuloendotelial
Edisi 1.1
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu Hilang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. al-Mu’minun [23] : 14)
Fungsi Sistem Retikuloendotelial
- Menghancurkan sel-sel darah yang sudah tua[2] seperti sel darah merah yang tidak dapat berfungsi dengan baik,[8] menyebabkan pelepasan bilirubin ke dalam sirkulasi.[2]
- Sistem perlindungan terhadap infeksi[8] bertanggung jawab dalam menjaga tubuh melawan infeksi dengan fagositosis dan proliferasi saat terjadi infeksi.[2]
- Mengkonsumsi dan memproses antigen serta merangsang sel-sel plasma untuk menghasilkan antibodi.[2]
- Menyimpan zat lemak di dalam tubuh manusia.[8]
Cara Kerja Sistem Retikuloendotelial
- Endositosis non-spesifik[6] adalah proses internalisasi seluler di mana sel menyerap sejumlah partikel atau molekul dari lingkungan ekstraseluler tanpa memerlukan pengenalan spesifik terhadap partikel-partikel tersebut.
- Fagositosis : sistem retikuloendotelial melakukan fagositosis[5][6] melalui partisipasi sel-sel serat retikulum dalam proses internalisasi partikel oleh sel. Sel tersebut melakukan fagositosis untuk mengambil, membunuh, dan membersihkan mikroorganisme (seperti bakteri patogen), partikel debu, antigen, dan benda asing lainnya yang ada dalam darah dan jaringan tubuh. Sel tersebut memiliki kemampuan untuk merangsang limfosit, yang kemudian menghasilkan respons imun (dikenal sebagai sistem makrofag).[8] Aksi fagositik diatur melalui reseptor non-imun.[6]
- Imunositofagik : efek imunositofagik terjadi melalui pengikatan pada reseptor Fc atau komplemen.[6]
- Antigen presentasi : sel dendritik akan membawa antigen ke nodus limfa dan mempresentasikannya ke limfosit T sebagai bagian dari mekanisme imunitas adaptif.
- Produksi sitokina : makrofag dan sel dendritik juga dapat memproduksi sitokina yang berperan dalam aktivasi sistem imun dan mengatasi infeksi.
Hubungan Sistem Retikuloendotelial dengan Sistem Organ Lain
- Sistem retikuloendotelial juga tergantung pada pengaturan utama dari sistem saraf dan dipengaruhi oleh bahan kimia dalam cairan tubuh.[5][6]
Hubungan Sistem Retikuloendotelial dengan Sistem Saraf
- Kondisi korteks serebral memiliki dampak signifikan terhadap aktivitas makrofag di endotel retikuler.[5][6]
- Semakin banyak eksitasi korteks, semakin banyak aktivitas sistem retikuloendotelial yang terhambat. Contohnya, ketika korteks serebral yang mengalami nyeri tereksitasi, fungsi sistem retikuloendotelial terhambat.[5][6]
- Sebaliknya, saat korteks serebral terhambat, seperti saat tidur atau anestesi, aktivitas sel fagosit meningkat.[5][6] Alasan terapi tidur memiliki efek tertentu pada penyakit tertentu mungkin terkait erat dengan peningkatan fungsi sistem menelan.[6]
Hubungan Sistem Retikuloendotelial dengan Bahan Kimia
- Regulasi kimiawi endokrin dan vitamin juga berpengaruh pada fungsi sistem retikuloendotelial. Tanpa vitamin C atau suntikan adrenalin, fagositosis sistem retikuloendotelial melambat, kapasitas fagositik melemah, dan produksi serat kolagen juga terganggu.[5][6]
- Beberapa zat kimia dalam cairan tubuh memiliki efek regulasi pada aktivitas sistem retikuloendotelial.[6]
Artikel Terbaru
|
Apendisitis |
Kocher Sign |
Sitkovsky Sign |
Edema Mukosa |
Blumberg Sign |
Multivitamin |
Ruam |
Ruam Sekunder |
Vitamin |
Tuberkulosis Primer |
Artikel Favorit
* harga sewaktu-waktu dapat berubah
Sponsor
Update 25/06/24