Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur kulit superfisial kronik karena infeksi malassezia spp berupa rasa gatal ringan, ruam geografis, ruam folikuler dan skuama pitiriasiformis.
Sinonim : panu, tinea versicolor, tinea versikolor | Kompetensi : ? | Laporan Penyakit : ? | ICD X : B.36.0
Penyebabnya flora normal kulit yaitu infeksi malassezia spp. (terutama malassezia furfur dan malassezia globosa) berubah menjadi patogen karena faktor predisposisi :
skuama pitiriasiformis : skuama pitiriasiformis berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan hingga kehitaman (hiperpigmentasi).
sering dijumpai bentuk makula skuamosa folikular pada lesi baru.
untuk melihat adanya skuamasi dapat dilakukan secara sederhana dengan garukan kuku (finger nail sign).
Pemeriksaan Penunjang
organisme : tampak adanya organisme dalam stratum korneum dan umumnya tidak mencapai dermis pada gambaran histopatologis.
pemeriksaan lampu Wood menunjukkan adanya fluoresensi berwarna kuning muda pada lesi yang bersisik.
adanya sel ragi bulat berdinding tebal dengan miselium kasar & terputus-putus menyerupai meat ball & spaghetti pada pemeriksaan mikroskopis dengan KOH.
pembuktian dengan kultur tidak bersifat diagnostik karena malassezia merupakan flora normal kulit.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten.
dapat diberikan obat golongan azol (ketokonazol, bifonazol, tiokonazol) dalam bentuk krim yang diaplikasikan selama 2-3 minggu.
obat topikal berupa sampo lebih mudah digunakan untuk lesi lebih luas atau seluruh tubuh kecuali wajah dan genital.
contoh sampo obat topikal yaitu selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelum mandi, 1x/hari atau sampo ketokonazol 2%.
krim mikonazol sebagai derivat imidazol atau solusio tiosulfas natrikus 25% yang dioleskan 2x/hari setelah mandi selama 2 minggu.
solusio sodium tiosulfat 20% menimbulkan bau yang kurang sedap dan dapat timbul efek iritasi.
Obat Sistemik
ketokonazol 200 mg/hari selama 7-10 hari atau dosis tunggal 400 mg.
itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, disarankan untuk kasus kambuhan atau tidak responsif dengan terapi lainnya.
Rekurensi dapat dicegah dengan penggunaan obat topikal 2x/minggu atau 1x/bulan atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan. Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan.
angka kekambuhan (rekurensi) tinggi terutama pada terapi inadekuat atau pasien yang sulit menghilangkan faktor predisposisi sehingga perlu dilakukan pengobatan ulang setiap kali kambuh.
Referensi
dr. Emmy S. Sjamsoe Daili, SpKK(K), dr. Sri Linuwih Menaldi, SpKK(K), dr. I Made Wisnu, SpKK(K). Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Hal. ?
Prof. dr. Muhammad Dali Amiruddin, SpKK., DR. dr. Farida S. Ilyas, SpKK., dr. Syafruddin Amin, SpKK. & dr. Dianawaty Amiruddin, SpKK. Buku Ajar Penyakit Kulit Di Daerah Tropis. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. ?