Tinea cruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus karena epidermophyton floccosum, trichophyton rubrum dan trichophyton mentagrophytes.
Sinonim : tinea kruris | Kompetensi : ? | Laporan Penyakit : ? | ICD X : B.35.6
maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit akan memudahkan infeksi, selain itu dapat pula terjadi akibat penjalaran infeksi pada bagian tubuh lain
Diagnosis
lesi kulit (ruam) : berbatas tegas dengan tepi meninggi berupa papulovesikel yang eritematosa dan bagian tengah yang tampak mengalami kesembuhan
lokasinya pada area genitokrural dan sisi medial paha atas
lesi dapat meluas hingga area gluteus, perut bawah atau bagian tubuh lainnya
Penatalaksanaan
menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat
bila menggunakan terapi topikal (mikonazol harus diobati selama 2 minggu), pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh
jika lesi luas atau gagal dengan terapi topikal, dapat digunakan obat oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari atau 10-20 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250 mg/hari selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari
Referensi
dr. Emmy S. Sjamsoe Daili, SpKK(K), dr. Sri Linuwih Menaldi, SpKK(K), dr. I Made Wisnu, SpKK(K). Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia : Sebuah Panduan Bergambar. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005. Hal. 30.
Prof. dr. Muhammad Dali Amiruddin, SpKK., DR. dr. Farida S. Ilyas, SpKK., dr. Syafruddin Amin, SpKK. & dr. Dianawaty Amiruddin, SpKK. Buku Ajar Penyakit Kulit Di Daerah Tropis. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal. 153-156.