Rectal Toucher
Edisi 0.2
Oleh : dr. Asep Subarkah, S. Ked.
Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-Baqarah [2] : 195)
Persiapan Pasien
- Pemberian informed consent secara verbal yang dicatat dalam rekam medis penting sebelum melakukan digital rectal examination, karena pemeriksaan ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman untuk pasien. Hal ini melibatkan penjelasan risiko, manfaat, dan prosedur pemeriksaan, kemudian meminta persetujuan pasien (informed consent).[2]
- Gunakan ruangan tertutup untuk menjaga privasi pasien.[2]
- Posisikan pasien di ranjang pemeriksaan, selimuti pasien, dan ekspos hanya area yang relevan untuk pemeriksaan.[2]
- Meminta pasien menurunkan celana dan celana dalam hingga di bawah lutut.[2]
- Saat melakukan pemeriksaan terhadap pasien lawan jenis, disarankan untuk didampingi oleh perawat atau tenaga medis lain yang berjenis kelamin sama dengan pasien, dan jelaskan mengenai penggunaan pendamping saat melakukan informed consent.[2]
Peralatan
- Sarung tangan
- Gel untuk lubrikasi (water soluble)
- Sumber pencahayaan yang baik atau lampu sorot
- Kertas tisu
Posisi Pasien
- Posisi pemeriksaan sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan mobilisasi pasien dan yang paling nyaman bagi pasien.[2]
- Dokter akan meminta pasien untuk rileks dan nyaman selama prosedur.[2]
- Pasien akan diminta untuk berbaring dalam posisi dorsal litotomi, lateral decubitus, atau lateral recumbent.[2]
- Posisi left lateral decubitus : pasien berbaring ke sisi kiri dengan lutut fleksi mengarah ke abdomen atau dada.[2]
- Posisi dorsal litotomi : pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi abduksi dan sendi panggul fleksi.[2]
- Posisi lateral recumbent dengan variasi : pasien berbaring ke sisi berlawanan pemeriksa, dengan tungkai di bagian atas difleksikan terhadap sendi lutut dan panggul (recovery position).[2]
- Posisi standing up: pasien berdiri di lantai dengan kedua kaki membuka selebar bahu, jempol kaki sedikit ke arah dalam, tubuh menunduk, dan siku ditumpukan di atas ranjang pemeriksaan.[2]
- Posisi kneeling: posisi pasien seperti merangkak di atas ranjang pemeriksaan, dengan tumpuan pada kedua tangan dan lutut.[2]
Prosedural
- Posisi pasien seperti yang sudah disebutkan di atas.[2]
- Pemeriksa tidak memakai cincin dan memastikan kuku terpotong pendek.[2]
- Cuci tangan dan kenakan sarung tangan sebelum melakukan pemeriksaan dengan tangan dominan pemeriksa.[2]
- Pemeriksaan dimulai dengan membuka lipatan bokong pasien untuk menampakkan anus dan perineum, kemudian melakukan inspeksi terhadap kemungkinan kelainan yang tampak di perianal dan perineum tersebut seperti hemoroid eksterna, abrasi, ulkus, abses, fistula, ekskoriasi, kelainan kulit, skin tag, massa, atau jaringan parut.[2]
- Saat melakukan inspeksi, pemeriksa dapat meminta pasien untuk mengedan guna memeriksa kemungkinan prolapsus rekti atau hemoroid interna yang protrusio.[2]
- Oleskan jelly ke telunjuk tangan dominan dan beritahu pasien bahwa pemeriksa akan segera memasukkan jari ke dalam anus (palpasi rektal). Tempelkan telunjuk di bagian posterior anus, lalu perlahan masukkan jari melalui sphincter ani dan lakukan rotasi searah jarum jam 180 derajat untuk mencapai rektum. Tangan non dominan dapat ditempatkan di bagian anterior pelvis untuk menahan gaya yang timbul selama prosedur tersebut. Lakukan evaluasi terhadap kemungkinan rasa nyeri yang timbul saat memasukkan jari, terutama berkaitan dengan kemungkinan fissura ani.[2]
- Lakukan penilaian terhadap kekuatan tonus sphincter ani (resting anal tone), kemudian minta pasien untuk menjepit telunjuk pemeriksa dengan sphincter ani dan nilai kekuatan tonus (anal squeeze tone), kemudian tunggu beberapa saat hingga sphincter ani kembali relaksasi.[2]
- Lanjutkan palpasi struktur internal rektum dan anus secara sistematis dengan gerakan memutar searah dan berlawanan arah jarum jam. Lakukan palpasi mukosa rektum bagian anterior, posterior dan lateral untuk mendeteksi keberadaan massa, serta nilai konsistensi, permukaan, lokasi dan perkiraan ukuran massa yang ditemukan.[2]
- Rasa nyeri pada palpasi mukosa rektum juga dapat disebabkan oleh iritasi pelvis-peritoneum yang bisa menjadi tanda appendicitis akut atau penyakit radang panggul akibat inflamasi atau pus di kavum Douglas.[2]
- Lakukan palpasi untuk mengevaluasi keberadaan feses dan konsistensi feses, serta untuk mendeteksi adanya benda asing pada rektum.[2]
- Setelah selesai, keluarkan jari dari anus dan evaluasi keberadaan darah, feses, atau lendir pada sarung tangan, kemudian sampel tersebut dapat dikirim ke laboratorium untuk analisis lanjutan.[2]
- Lakukan pembersihan bagian bokong dan luar anus pasien dengan tisu.[2]
Palpasi Prostat
- Pada pasien pria, lakukan palpasi mukosa anterior rektum untuk menilai kelenjar prostat.[2]
- Mulailah palpasi prostat dari bagian apeks prostat menuju basal prostat untuk memperkirakan ukuran kelenjar prostat.[2]
- Selain itu, nilai juga konsistensi prostat yang dalam keadaan normal akan terasa seperti perabaan bagian tenar telapak tangan dengan posisi ibu jari dan telunjuk dalam abduksi.[2]
- Lakukan palpasi prostat untuk mengevaluasi keberadaan nodul, ukuran, konsistensi, permukaan, dan lokasi pada prostat. Selain itu, perhatikan ekspresi pasien untuk menilai kemungkinan rasa nyeri saat prostat dipalpasi.[2]
- Periksa apakah sulkus sentral prostat teraba, serta ukuran dan konsistensi dari kedua lobus lateral prostat.[2]
- Lakukan palpasi vesikula seminalis yang terletak di proksimal basal prostat. Vesikula seminalis dapat tidak teraba atau mengalami perubahan pada invasi kanker.[2]
Rectal Toucher Pada Wanita
- Pada pasien wanita, lakukan palpasi bagian anterior mukosa rektum untuk mengevaluasi kemungkinan kelainan di posterior rahim, tumor di kavum douglas, dan serviks.[2]
- Digital rectal examination pada wanita dapat dikombinasikan dengan digital vaginal examination atau vaginal toucher.[2]
- Teknik yang digunakan menjaga jari telunjuk tetap di dalam vagina, sementara jari tengah pasien perlahan dimasukkan melalui anus.[2]
- Beberapa struktur anatomi yang dapat dievaluasi menggunakan teknik ini meliputi: kavum Douglas, ligamen uterosakrum, parametrium, septum rektovagina.[2]
Rectal Toucher Pada Anak-Anak
- Digital rectal examination pada pasien anak dilakukan secara selektif karena bersifat invasif dan berpotensi menimbulkan trauma.[2]
- Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan jari kelingking untuk pasien anak.[2]
- Digital rectal examination pada pasien anak jika hasilnya dapat mengubah rencana terapi, sesuai instruksi dokter spesialis, dan tidak disarankan dilakukan secara berulang.[2]
- Pada kasus seperti appendicitis dan perdarahan rektum akibat intususepsi, digital rectal examination tidak dilakukan secara rutin karena diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan ultrasonografi sudah mencukupi, serta hasil digital rectal examination tidak mempengaruhi rencana terapi.[2]
Artikel Terbaru
|
Apendisitis |
Kocher Sign |
Sitkovsky Sign |
Edema Mukosa |
Blumberg Sign |
Multivitamin |
Ruam |
Ruam Sekunder |
Vitamin |
Tuberkulosis Primer |
Artikel Favorit
* harga sewaktu-waktu dapat berubah
Sponsor
Update 24/06/24