merubah sputum BTA (+) menjadi BTA (-) secepat mungkin melalui efek bakterisid
mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan efek sterilisasi
menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui efek perbaikan imunologis
fase awal intensif : selama 2 bulan, melalui efek bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat
fase lanjut intermitten : melalui efek sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau efek bakteriostatik pada pengobatan konvensional
Jika bakteri tahan asam (BTA) menjadi negatif pada akhir tahap intensif maka terapi diteruskan pada tahap lanjutan. Bila bakteri tahan asam (BTA) masih positif pada akhir tahap intensif maka lebih dahulu diberikan obat sisipan sebelum terapi diteruskan pada tahap lanjutan.
Jenis obat anti tuberkulosis meliputi pemberian jangka pendek (primer) dan jangka panjang.
Pengobatan tuberkulosis primer (lini pertama) meliputi :
Obat primer tuberkulosis sangat efektif dengan efek samping yang masih bisa ditolerir. Sebagian besar penderita bisa sembuh dengan obat ini. Jika pengobatan lini pertama resisten maka berikan pengobatan lini kedua.
Pengobatan tuberkulosis sekunder (lini kedua) meliputi :
penderita dengan kategori 1 & 2 pada akhir tahap intensif pengobatan dengan hasil tes bakteri tahan asam (BTA) masih positif
Dosis obat anti tuberkulosis untuk anak-anak disesuaikan dengan berat badan.
Kategori 1 :
2HRZE / 4H3R3
tahap intensif setiap hari selama 2 bulan lalu tahap lanjut 3 kali seminggu selama 4 bulan
tahap intensif dengan isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan ethambutol (E)
tahap lanjut dengan isoniazid (H) dan rifampisin (R)
Kategori 2 :
2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
tahap intensif setiap hari selama 2 bulan kemudian 1 bulan lalu tahap lanjut 3 kali seminggu selama 5 bulan
tahap intensif dengan isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), ethambutol (E), dan suntikan streptomisin (S)
tahap lanjut dengan isoniazid (H), rifampisin (R), dan ethambutol (E)
Kategori 3 :
2HRZ / 4H3R3
tahap intensif setiap hari selama 2 bulan lalu tahap lanjut 3 kali seminggu selama 4 bulan
tahap intensif dengan isoniazid (H), rifampisin (R), dan pirazinamid (Z)
tahap lanjut dengan isoniazid (H) dan rifampisin (R)
Obat sisipan :
HRZE
pemberian setiap hari selama 1 bulan
isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan ethambutol (E)
penderita harus minum obat secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh
respons klinis obat anti tuberkulosis dapat terlihat dalam 4-6 minggu
jika tidak ada respons klinis setelah 6 minggu pengobatan anti tuberkulosis maka harus dipikirkan kemungkinan infeksi lain, infeksi tuberkulosis di tempat lain atau resistensi obat
petugas melakukan 3 kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan yaitu pada akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan
kesembuhan TB paru yang baik akan memperlihatkan sputum BTA negatif, perbaikan radiologi dan menghilangnya gejala
penderita dinyatakan sembuh bila pada pemeriksaan ulang dahak 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan tidak ditemukan lagi adanya kuman TB
Akibat bila minum obat tidak teratur :
penyakit tidak akan sembuh atau bahkan menjadi lebih berat
penderita tetap dapat menularkan penyakitnya pada orang lain
penyakit semakin sukar diobati karena kuman TB mungkin menjadi kebal sehingga perlu obat yang lebih kuat dan lebih mahal
perlu waktu lebih lama untuk sembuh
penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang lain
resistensi obat anti tuberkulosis ditandai oleh respons buruk terhadap terapi serta lesi kulit yang bertambah berat dan luas
jika terjadi resistensi obat maka berikan obat anti tuberkulosis lini kedua